Ini adalah perjalanan kesekian kali yang gue lalui. Kali ini, laut
yang jadi tujuan, masih dalam wilayah kabupaten tempat tinggal gue, Pelabuhan
Ratu. Meski bukan baru sekali, tapi kali ini ada tujuan lain yang bakal gue
datangi. Pelabuhan Ratu, sebetulnya punya nilai jual tinggi. Ada beberapa
pantai yang ditawarkan, mulai dari pantai berpasir, yaitu pantai Citepus,
ataupun pantai berkarang yang sering dipakai para peselancar, yaitu pantai
Cimaja dan Karanghawu. Masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri. Tapi
seperti biasa, seperti layaknya kebanyakan tempat wisata di Indonesia, banyak
hal yang bikin kita cuma bisa menggelengkan kepala, ckckckck......
SAMPAH ada dimana-mana !!!!!!! Pemerintah hanya menunggu kesadaran
dari masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan (penantian yang
sepertinya tak pernah menunjukkan hasil >_< ). Penataan lingkungan yang
sepertinya tidak pernah menjadi agenda serius dalam perencanaan pembangunan
pemerintah daerah, bangunan yang terkesan menempel disana sini, sering kali
menimbulkan kesan kumuh.
Kali ini, gue bertekad menyaksikan secara langsung sunset di tepi
pantai, karena selama ini, gue cuma pernah melihat sunrise di puncak gunung ^_^
Berpindah dari satu lokasi ke
lokasi lain, akhirnya gue bisa melihat detik-detik menghilangnya sang matahari
yang terlihat seperti ditelan laut, hehehe (maaf yaaa, agak-agak norak neh
sepertinya, hehehe....). It was beautiful, really...
this is my first sunset (-_-") shame mode on..... And I saw it with you...
Lokasi kedua yang jadi tujuan gue yaitu pemandian air panas di daerah
Cisolok, yaitu pemandian Cipanas. Pemandian ini terdiri dari air mancur (Geisure) yang
mengandung sulfur atau belerang di tengah-tengah Kali Beser/Cisolok. Semburan air
panas yang terdiri dari beberapa titik ini sangat kencang, tapi tidak membuat
orang-orang mengurungkan niatnya untuk berada didekatnya. Me? Hehehe, gue cukup
tau lokasi ini, karena gue merasa kurang nyaman untuk berbasah-basah di antara
berpuluh-puluh orang. Untuk masuk ke pemandian ini, kita mesti membayar Rp
10.000,-/orang meskipun tanpa tiket, hehe... Di dalamnya, ada ada 2 lokasi
pemandian yang bisa kita pilih, kolam semi tertutup yang mengharuskan kita
membayar lagi, atau kita bisa memilih semburan air panas di tengah sungai.
(pelangiiiiiiiii.........................)
Lokasi ketiga adalah puncak Habibie, puncak
dimana kita bisa melihat keindahan pantai yang menjorok. Untuk menikmati
keindahan laut Pelabuhan Ratu dari Puncak Habibie, kita dapat memilih salah
satu warung sebagai view point yang banyak terdapat di lokasi itu. Kenapa
disebut puncak Habibie? Perkiraan gue karena di puncak ini terdapat sebuah
bangunan Sistem Pancar Ulang Telemetri
Uji Terbang, Divisi Flight Center PT IPTN, yang kita semua tau, IPTN
identik dengan mantan Menristek waktu itu, BJ Habibie. Bangunan itu merupakan satu-satunya rumah di
atas bukit yang terlihat disana. Gue memutuskan untuk melihat dari dekat rumah
itu. Setelah meminta ijin penjaga disana dan menitipkan mobil (karena
menurutnya jalannya jelek) perjalanan menanjakpun dimulai, hhhhhh....bener-bener
nanjaaakkkk.... (~_~") dengan sedikit bonus,
yaitu jalan datar sepanjang kurang lebih 2 meter. Di tengah perjalanan, dari atas pepohonan tiba-tiba
terlihat seekor elang yang terbang berputar-putar!!!! Sepertinya elang itu
adalah elang dewasa, karena ukuran kepakan sayapnya yang lumayan lebar.
Sayangnya, gue gak cukup sigap untuk memotretnya, karena harus berlomba dengan
napas yang ngos-ngosan, hahahaha.... Sampai di lokasi, ternyata bangunan itu
terkunci rapat (ya iyalah, siapa juga ya yang mau nunggu disitu...) Tapi dari
atas bukit, laut terlihat biru, indah sekali. Kamipun turun kembali.
(rumah diatas bukit, kaya judul lagu yaa...)
(ini bunga apa yaaa, ada di sepanjang perjalanan menuju rumah di atas bukit)
Pelabuhan Ratu, dalam sekali
perjalanan ada beberapa pilihan tempat wisata yang ditawarkan. Sayangnya, semua
belum dikelola secara profesional. Akses jalan menuju kesana ngga terlalu
bagus, kalau ngga mau disebut jelek. Lokasi wisatanya masih berantakan,
misalnya pemandian air panasnya, kalah jauh dengan Ciater. Padahal sebetulnya
pemandian air panas di Cisolok ini lebih indah, karena semburannya sangat
tinggi. Ciater punya nilai jual yang lebih, karena sudah dikelola dengan baik,
sehingga membuat pengunjung nyaman, dari mulai perjalanan menuju lokasi sampai lokasi
itu sendiri. Memang sepertinya ada kegiatan berbenah yang dilakukan, yaitu
pembangunan tangga yang masih sangat baru, tapi yaaahhhh, berantakan banget!!! Hal
lain yang paling gue sayangkan, tentunya banyaknya sampah yang mengurangi
keindahan pantai disana, bukan saja dari pengunjung yang datang, tapi juga dari
pemilik warung-warung yang tidak pernah sadar apa yang sebenarnya mereka jual di
tempat wisata seperti itu, yaitu keindahan dan kenyamanan!
This is it, end of my
vacation this time. Where’s the next destination? We’ll see... (mengingat kembali awal perjalanan ini, kita
jalani saja)