Ternyata gerimis itu tak pernah mampu menghapus
aliran duka dari dalam jiwanya. Sekalipun kuyup sudah. Kukatakan padanya, “Dia telah
memilihmu, apalagi?”
Entahlah, hanya kegalauan yang rajin berkunjung setiap
waktu yang berdetik, selalu kegelisahan yang tanpa ujung.
Diantara berjuta kepingan kisah, lagumu terdengar
sangat indah bagiku, tak ada yang kurang, mengapa tak kau syukuri itu?
Entahlah...hanya saja, terkadang sekelebat bayangan
seolah sedang mengikuti perjalanan kami.
Percayalah, dia melihat hanya padamu, karenanya dia
memilihmu.
Begitukah?
Tentu.
Bagaimana jika bayangan itu ada?
Mungkin benar dia ada, tapi dia hanya bayangan,
kaulah yang nyata.
Hmmmm.......
Kenapa?
Lalu, kenapa jiwaku muram?
Kau tak pernah memberi hatimu kesempatan untuk
tersenyum. Berilah sedikit ruang padanya untuk menikmati keheningan subuh hari,
meresapi untaian angin yang bergerak perlahan. Atau biarkan ia terbahak dengan
lelucon yang dikirim padamu lewat email, bahkan meringis mendengar cerita yang
nyaris tak lucu. Jangan biarkan hatimu berlumur jelaga. Bisakan?
Mungkin.