Rabu, 13 Juni 2012

SUGENG NDALU......

Jogja....akhirnya gue bisa liburan di kota ini lagi. Perjalanan panjang dari kotaku, terbayar dengan aroma kota Jogja yang selama ini kurindukan. Keramahan dan kesopanan orang-orangnya yang bikin takjub. Mungkin karena mereka sadar, bahwa mereka menjual pariwisata dari kota mereka. Yang paling gue kangenin, gue pengen sarapan pagi yang dijual mbok-mbok tua. Sayangnya, gue selalu bangun kesiangan selama disana, sehingga tak pernah sempat mencari si mbok. Sore hari pertama gue habiskan dengan mengunjungi Prambanan. Meski tersisa sedikit dari waktu yang ada sebelum mereka menutupnya, tapi cukuplah untuk melihat candi yang tidak terlalu luas ini.
 


Malamnya, waktu berburu kuliner yang sering muncul di acara tv, sate klathak...sate kambing yang tusukannya menggunakan jeruji sepeda!!! Berbekal petunjuk dari seorang kawan, kamipun menuju jalan Imogiri Barat. Tanya sana sini, pun dengan bantuan seorang bapak-bapak bermotor yang dengan baik hati memberi petunjuk arah sambil 'mengawal', akhirnya sampailah di warung sate Pak Pong, yang ternyata rame banget. Sudah jauh, antrinya lamaaaaaaa..........untung ngga sampai pingsan nunggu pesanan datang. Yah, rasa penasaranpun terbayar. Unik.
Hari kedua, perjalanan diarahkan ke pantai di wilayah selatan Jogja, yaitu daerah Gunungkidul yang akhir-akhir ini terkenal dengan pantai-pantainya yang indah. Pantai di wilayah selatan Jogja ini adalah pantai yang memiliki ombak besar, sehingga pengunjung hanya diperbolehkan berenang sampai dengan batas yang telah ditentukan. Berjarak kurang lebih 65 km dari Jogja, perjalanan menuju pantai ini harus melewati desa-desa berbukit yang lumayan sepi. Tapi satu hal yang bikin terharu (khususnya Sasuke yang berkali-kali bilang pengen nangis bahagia, hehehe...), infrastruktur alias jalan menuju pantai ini bagus banget, mulus, lebar, bisa dibilang, nyaris tanpa lubang.Berbeda jauh dengan jalan menuju pantai Pelabuhan Ratu yang rusak parah. Pantai pertama yang kami kunjungi adalah Baron. Tiket yang harus dibayar Rp 20.000/orang untuk beberapa pantai. Keren banget! Pasirnya coklat, bersih. Sambil menikmati keindahannya, kita bisa menyewa payung-payung yang disediakan sambil minum air kelapa muda.




Ini pantai kedua, Kukup. Dari jauh, di bibir pantai tampak hamparan hijau yang bikin penasaran, ternyata itulah yang namanya rumput laut, hehehe... Beberapa orang penduduk terlihat sedang mengumpulkan rumput laut itu.
Yang unik, sepanjang jalan menuju pantai, selain pedagang yang menjual suvenir, banyak pedagang yang menjual makanan khas dari hasil laut. Ada udang goreng tepung, harganya Rp 15.000/0,25 kg. Ada peyek undur-undur (iiwww...), atau rumput laut yang digoreng kering.

(nelayan yang sedang mencari rumput laut)








 (ini dia rumput laut yang ternyata enak kalo digoreng tepung...)
Setelah pantai Kukup, masih ada deretan pantai lainnya, yaitu Sepanjang, Krakal, Drani. Tapi tidak semua kami kunjungi, karena sepertinya pantai yang paling bagus versi kami ya Baron dan Kukup, jadi melihat pantai yang lain sedikit mengurangi ketakjuban.
Malamnya, menyusuri Malioboro adalah target selanjutnya. Karena berbelanja bukanlah tujuan kami, jadi ya lumayan menyiksa berjalan diantara pedagang dan pembeli yang menyemut. Sampai di benteng Vredeburg, wedang ronde menuggu, tapi ternyata yang jualanpun orang Bandung, hahahaha.....
Sebetulnya, menghabiskan waktu sepanjang Malioboro karena gue pengen nyoba kopi jos yang kata tukang becak baru ada sekitar jam 9 malam, Akhirnya ketika waktunya tiba, kamipun naik becak memutari jalan menuju arah stasiun. Berderet-deret warung kopi di pinggir jalan, di trotoar tepatnya penjual dan pengunjung saling berinteraksi. Menu utamanya adalah nasi kucing khas angkringan, beserta bermacam gorengan, nasi bakar dan yang pasti macem-macem kopi. Yang khas sudah pasti kopi jos, kopi hitam yang dicemplungi arang yang membara sehingga menimbulkan bunyi "josssshhhh"....ada-ada saja. Rasanya, ya tetep kopi. Yang agak mengganggu, seperti biasa ya pengamen jalanan yang silih berganti datang, kalau cuma satu dua rombongan mungkin menghibur, tapi kalau terus-terusan datang, ya lumayan mengganggu juga.
Hari terakhir, Borobudur jadi tujuan kami. Sebelum sampai disana, kami mampir ke candi Mendut, rusak parah ternyata. Bangunannya sudah tidak utuh.


Masuk ke lokasi candi Borobudur, ternyata banyak banget pengunjungnya, mungkin karena ini long weekend yaa. Ngga beda sama candi Mendut, Borobudur pun telah banyak mengalami kerusakan, meskipun sepertinya telah dilakukan upaya pemugaran. Menurut petugas disana, ketika gunung Merapi meletus, abunya menutupi seluruh permukaan candi. Untuk membersihkan, diperlukan ratusan orang, dari mengangkat batu-batunya, menyapu, sampai menumpuk kembali ke tempat semula.
Yang menyedihkan tentu banyak kepala patung Budha yang hilang. Sasuke bilang, harganya mahal di pasar gelap...ckckck. Seingatku, dulu waktu gue ke candi ini, sekitar tahun 1992, keadaanya ngga kaya gini.



(ini salah satu patung Budhha yang utuh)




Perjalanan panjang, yang diakhiri dengan nonton final Liga Champion di rest area. Sugeng ndalu sedoyo.....