Kamis, 29 September 2011

J I K A ( dari seorang karib)




JIKA (dari seorang karib)....


jika semua yang kita inginkan harus kita miliki,
dari mana kita belajar keikhlasan?
jika semua yang kita mau harus terpenuhi,
dari mana kita belajar kesabaran?
jika kita ingin do'a lekas dikabulkan,
bagaimana kita bisa memaksimalkan kemampuan yang kita miliki?

manusia berencana,
namun Allah yang menentukan,
tetaplah yakin bahwa segala ketentuanNya adalah yang terbaik...

Rabu, 28 September 2011

m a a f



maaf...
karena hati tak pernah sanggup lantang berteriak,
tentang rindu yang susul menyusul berlabuh di pantai,
gerimis tadi malam...
tak sanggup menghapus kemarau,
hanya berharap, 
waktu tak lagi memusuhi

Selasa, 27 September 2011

R e s o l u t i o n



No need a new years even to get a resolution.. Every time that we need it, for our better life, we can do that, right? So, what my resolution this time? I decide, no more tears, no more hope,for the one who doesn't really need me. Is it work? Like another resolution, it always take time, maybe success, maybe just failed.. We'll see








Senin, 26 September 2011

SAHABAT


SAHABAT

Mendaki gunung, lewati lembah
Bersama teman bertualang............... (ost ninja Hatori)



Sahabat, kawan, karib, soulmate, mungkin menjelma dalam satu sosok cewek tomboy (minimal pernah tomboy), sebutlah Dealova. Awalnya, pertemanan kami diawali dengan prasangka, karena kebetulan dia dekat dengan seorang cowok, kakak kelas yang keren abis, yang kebetulan sama-sama anggota pecinta alam di kampus kami (panggil aja dia Totti, hehehe...) Cemburu lebih tepatnya, karena kemanapun, gue selalu melihat mereka bersama. Singkat cerita, pada satu saat, Dea jadi pendamping di pengembaraan angkatan gue yang kedua ke Sindoro – Sumbing. Disana, kami mulai sering curhat, dan ternyata dia ngga punya hubungan apapun sama si kakak kelas itu, horeeee !!!!! Mulailah persahabatan kami dimulai, karena dia orang terdekat Totti, akses memperoleh informasi menjadi mudah, hahaha... Pengembaraan demi pengembaraan, kegiatan demi kegiatan kami lalui bersama. Saat ga punya duit, saat bolos kuliah bareng, saat ngecengin cowok baru dari fakultas lain, atau saat sering curhat tentang masalah keluarga, kami saling merasa nyaman.

Dea, mungkin salah satu mahluk terunik yang pernah gue kenal, tomboy abis, paling seneng sama Slank formasi lama, penampilan mencolok dengan ramput keriting, kulit item-item gimana gitu, khas personifikasi orang daerah paling barat Indonesia, meskipun dia asli dari IM. Cewek perkasa, selalu jadi penyemangat, ibu bagi kami ketika semangat kami menurun dalam sebuah pendakian (kami punya grup pendakian sendiri yang keempatnya cewek semua). Suka banget melakukan hal-hal gila, salah satunya adalah ketika dia nekad menindik hidungnya, sementara gue cuma berani sampai tahap menambah tindikan di kuping. Satu hal, dia paling takut sama kucing !!! Ga banget deh, anak sepreman dia takut kucing ! Pernah satu masa disaat kami sedang mengalami kebosanan yang sangat karena skripsi yang gak kelar-kelar, kami pergi naik motor ga perduli dengan hujan deras yang sedang turun, berhenti di tengah sawah sambil teriak-teriak (waktu itu ga kepikir, gimana kalo ada petir ya, hiks2, alhamdulillah masih diberi keselamatan). Kami baru pergi ketika sang pemilik sawah datang dan menegur kami, hahahaha...malunya. Lain waktu, kami pergi menyelinap berdua dari kos-kosan yang ibu kosnya galak, nongkrong di stasiun sampe hampir pagi, cuma buat ngopi dan makan donat. Saking seringnya kami berdua kemana-mana, pernah ada ade kelas yang nanya dengan polosnya, “Teh, kalo teteh berdua lesbi yaa?”... Whats?!! Gubraaaakkk, ampuuuunn.....
Dia bisa mengisi kekosongan di hati gue, ngerti banget apa yang ada di otak gue, tanpa perlu saling berkata-kata. Selalu mau dengerin curhatan gue yang kadang mungkin basi banget, karena selalu berputar pada satu topik yang sama (maaf yaa, hehehe...). Dia bisa ngingetin gue tanpa perlu menghujat (i luph u full). Intinya, dia orang yang paling ngerti ‘daleman’ gue, dalam suka dan duka, dia selalu ada buat gue, sampai saat ini, bahkan ketika hubungan kami hanya terjalin melalui ratusan sms, berjam-jam telpon, atau lewat facebook. Tapi itulah arti sahabat.
Semoga, persahabatan ini terjalin sampai kami tua, sampai akhir hayat kami. Amin.


(buat sahabatku, lets rock VIVA GIRL POWER !!!....again)

Kamis, 22 September 2011

TENTANG PILIHAN HATI

Pertanyaan

Raga rumahku
Kuda anjingku
Aku bisa apa
Saat kau terjatuh
Dimana aku akan tidur
Apa yang akan kutunggangi
Apa yang akan kuburu
Kemana aku bisa pergi tanpa tungganganku
Yang cepat dan bersemangat
Bagaimana aku tahu di semak di hadapanku
Bahaya atau harta karun
Jika raga anjingku yang baik dan pintar mati
Bagaimana rasanya berbaring di langit
Tanpa atap atau pintu
Dengan angin sebagai mata
Dan awan sebagai gaun
Bagaimana aku bisa bersembunyi
(May Swenson, dalam The Host – Stephenie Meyer)

Ini cerita tentang seorang sahabat.
Well, sebagai prolog saya mempunyai analogi berdasarkan cerita saya sendiri. Sejak tahun 2000 saya telah menjadi seorang Romanisti (saya menolak penggunaan kata Romanita bagi penggemar perempuan), sebutan bagi penggemar AS Roma, salah satu klub sepak bola di Itali. Ketika itu, pemain-pemainnya seperti Gabriel Omar Batistuta, Vincent Candela, Vicenzo Montela (yang ini sempat jadi pelatih pengganti sebelum Luis Enrique), Hidetoshi Nakata, Emerson F da Rosa, Tommasi dan yang pasti Francesco Totti. Sebagian dari mereka, sudah pasti jarang terdengar lagi kabarnya, hanya Totti sang kapten, the Prince of Rome yang masih setia menggunakan seragam gialorossi. Kesetiaannya, tak perlu diragukan lagi. Saat pemain lain, pindah klub yang mungkin lebih menjanjikan dalam hal karir, dia memilih untuk tetap tinggal. Mungkin sebentar lagi karirnya pun akan berakhir. Sebagai salah satu klub ibukota, AS Roma pernah mendapatkan berbagai gelar juara. Saat ini mungkin bukan masa kejayaannya. Tapi apakah itu menjadi alasan saya untuk tidak lagi menjadi seorang romanisti? Tidak sama sekali! Menjadi romanisti tidak akan pernah bergantung pada berapa banyak gelar juga yang pernah, atau akan diperoleh. Ini yang saya sebut sebagai mencintai tanpa syarat, tak pernah perduli berapa banyak orang yang mengejek karena pilihan yang saya buat. FORZA ROMA, PER SEMPRE !!!!

Ini cerita tentang pilihan hati, pilihan hidup Jen, seorang sahabat yang memutuskan untuk hidup sendiri, karena cintanya tak memberikan pilihan baginya. Jen, pernah merasakan indahnya cinta itu, menemukan orang yang tepat, yang paling mengerti hidupnya. Orang yang selalu bilang, “aku tahu hatiku dimana, buatmu.” Orang yang bahkan dengan konyol membuat pantun-pantun karena Jen memintanya. Dalam dirinya, Jen melihat sesuatu yang anehnya tak pernah orang lain lihat, ketulusan, kecerdasan yang tersembunyi. Hanya dengannya, Jen bisa melihat hidup dari sisi yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Hutan pinus terlihat lebih indah, wanginya bahkan tercium dari jarak ratusan meter. Menertawakan sopir bajaj, sopir taksi yang mereka tumpangi ternyata kebetulan semuanya orang Brebes. Mereka banyak melewati saat indah, konyol, gila bahkan sedih sekalipun bersama. But this is not a fairytale, that always ended with happily ever after. Jen kehilangan cintanya, kehilangan orang yang selalu membuatnya tersenyum, teman diskusinya tentang novel-novel yang jarang diminati anak-anak muda sekarang. Jen jatuh, tak lagi bermimpi tentang menghabiskan masa tua di desa. Puisi May Swenson di atas menjadi salah satu favoritnya, diantara sekian banyak lagu-lagu patah hati. Maka, sahabatku Jen, memutuskan tak akan lagi percaya pada cinta yang terasa indah pada awalnya. Semua orang, termasuk saya telah berupaya agar Jen tak lagi memikirkan cintanya yang telah pergi. Tapi Jen bilang, “Ini pilihan saya, ini hati saya, tak perduli betapa dia telah menyakiti saya, meninggalkan luka dan tak pernah memikirkan kisah kami lagi, saya tetap disini.”
  (in the middle of no where, jen)

Jadi, saya pun paham. Ini memang sebuah pilihan hati, meskipun analogi yang saya miliki tentu sangat jauh berbeda. Tapi tetap ini sebuah pilihan, dengan konsekuensi yang harus kami hadapi. Saya, tetaplah seorang Romanisti, Jen tetaplah Jen....
(didedikasikan bagi mereka yang bisa mencintai tanpa syarat... 03-09-2011)

Rabu, 21 September 2011

mass consumption? no way...

Sekali dua kali masih terdengar seperti pertanyaan yang wajar. Tapi, ketika pertanyaan itu selalu muncul, kemudian malah menciptakan pertanyaan baru lagi. Ini dia pertanyaan yang sering muncul : "Pin 'AA' kamu berapa ?"...... What ??!!!! Pertanyaan lain yang kemudian muncul di benak saya, apa iya memakai handphone merk 'AA' saat ini adalah menjadi suatu keharusan? Sehingga ketika saya tidak memakainya adalah suatu keanehan? Dan apakah bertanya seperti itu adalah wajar atau memang suatu yang mesti ditanyakan? Ketika 'AA' dipakai oleh hampir semua mahluk di muka bumi Indonesia, bukan berarti semua orang harus memakainya juga kan? Setiap orang punya 'interest' yang berbeda bukan? Dan itu bukan suatu yang salah kok. Bayangkan jika semua orang memakai pakaian yang sama, punya sikap yang sama....hmmmm sungguh suatu yang membosankan! Jadi, cukup! Jangan bertanya lagi soal pin 'AA' pada saya, karena saya tidak pernah suka dan tidak berniat memakainya (kecuali kalau diharuskan oleh kantor, which is impossible, hehehehe....)
PS : jangan protes kalo gambarnya ga nyambung yaks.....  ^o^

Selasa, 20 September 2011

berharap banget hari ini berjalan tanpa fluktuasi....karena energi gue lagi bener-bener drop. Butuh supply, recharge...C'mon, GANBATTE...

Senin, 19 September 2011

STRICK BANG VS POEM


Temen sekantor gue bilang, “Hari gini lo masih pake puisi? Tinggal bilang, lo suka ga ma gue? Kalo ga, ya udah, gue cari yang laen......” Hahhhhh? What is wrong with poem? Menurut gue sih, puisi bisa ngewakilin banyak rasa...ga cuma item, putih, merah, biru. Lebih dari itu, rasa yang kadang ga pernah bisa kita ungkapkan langsung, sah-sah aja kalo itu jadi sebuah puisi. Gue juga bukan tipe orang yang melow, mendayu-dayu di tiap kesempatan. Tapi coba bayangin, setelah tiap hari bergulat dengan aturan, birokrasi, protokoler, di kehidupan nyata, bukankah otak kita perlu di refresh? Buat gue, puisi bisa banget jadi penyeimbang. Mmmm....tentu saja selain naek gunung dan liat hutan pinus, hehehehe..... Serius! Gue suka nonton Blood Diamond-nya Leo, serial CSI, atau film-film serius lain. Tapi gue suka juga nonton film komedi (kalo ga mu dibilang konyol) romantisnya Adam Sandler ma Drew Barimore. Ceritanya tentang dua orang yang saling cinta, karena kecelakaan, si cewek kena amnesia. Jadi ingatannya cuma bertahan sehari. Bangun pagi, dia ga pernah inget siapapun dalam hidupnya, termasuk orang yang dia cinta. Nah, saking cintanya si cowok, tiap hari dia rela bikin ritual, semacam panduan biar ceweknya inget ma kisah mereka. Hal itu berlangsung tiap hari, sampe mereka merit, punya anak. Woooowwww, kebayang ga sih, what a tiired day. Tiap hari ngelakuin hal yang sama. Yah, namanya juga film, ga munngkin juga kayanya kejadian di dunia nyata. Aniway, soal puisi tadi, menurut gue ga ada yang salah kalo hari gini gue masih suka puisi. Toh tiap orang punya cara sendiri buat mengekspresikan sisi lain dirinya. Kalo gue bilang sih, biar otak kanan ma otak kiri gue lebih seimbang, hehehe.... So, ga peduli temen gue bilang apa, gue tetep bikin puisi, (meskipun ga yakin bagus, ya lumayanlah buat menuh-menuhin note di facebook ^.^ ) dan gue juga tetep memuja pembuat-pembuat puisi buat gue, wkkwkwkwkwk...........

Jumat, 16 September 2011

in a silent







In a silent, we take the journey to nowhere. The last trip, in a fallin rain, that hiding my own tears, yours too. The little yellow flower looked so beatiful, even it is in a simplicity. The trees, the winds blows, the sounds of birds are whispering to our heart, tells us that it will be our end of story. The morning blue sky, turn into dark........ (10-04-2011)

Kamis, 15 September 2011

PEREMPUAN DAN CINTA (Bagian 2)

Kadang, bayangan di bawah temaram bulan sangat indah... 

時々、薄暗い月の下の影はとても美しいです

Benarkah? Tapi sepertinya, bulan memang cenderung memberikan sensasi tertentu. Bulan purnama, masa dimana Lupin, the werewolf di cerita Harry Potter berubah wujud. Akhir bulan, biasanya jadi masa yang paling menyebalkan bagi setiap karyawan. Datang bulan, duuuuhhhhhh, itu juga saat dimana hormon-hormon di tubuh perempuan meningkat, sebagian membuat jerawat bertaburan, sakit perut, belum lagi, sensi !!!

Hmmm, ngomong soal datang bulan pernah ada seorang yang bilang gini, “saat orang yang aku sayangi lagi hepi, lagi bad mud, lagi boke, lagi sakit gigi, lagi datang bulan, aku tetep jadi tifosinya”. Hehehe......kalo diinget-inget, itu rayuan yang lumayan ampuh, tanpa kesan melankolis \(^.^)/.  Sayangnya, orang yang ketika itu bilang, akan menjaga saya sampai 60 tahun ke depan, tak kan pernah membiarkan siapapun meyakiti saya, justru jadi orang yang paling meninggalkan luka dibanding siapapun.

(Ini, lagi-lagi tulisan midnight season, ketika saya susah memejamkan mata dan kemudian teringat janji kepada karib tentang bagian kedua catatan nostalgia saya, tapi kali ini saya sedang malas berpanjang-panjang menulis esai ...)
  
Lalu, bagaimana nasib saya, ketika terlanjur menitipkan mimpi-mimpi pada seorang yang bahkan mungkin tak pernah mencintai saya? Apa yang sebenarnya saya cari? Kebahagiaan? Non! Cinta? Nihil!

Ships that pass in the night
And speak each other in passing, only a signal show
And a distant voice in the darkness
So on the ocean of life, we pass and speak one another
Only a look and a voice
Then darkness again and a silence... (inilah akhir kisah cinta saya)

Jadi, inilah saya sekarang. Di batas kehidupan, ingin terlahir kembali. Sebagai seorang perempuan merdeka, lepas dari semua identitas yang pernah melekat. Ya, saya sedang jatuh cinta, kali ini pada diri saya sendiri. Bukankan ini saatnya saya mencintai diri saya sepenuh hati, agar mampu berdiri kokoh, tetap bisa tegar, bahkan ketika badai datang? Bukankah ini waktu yang paling tepat, untuk bisa menjadi Amelia Earhart? Menjadi Butet, meskipun hanya bagi putri kecil saya? Memenuhi jiwa ini dengan berjuta keindahan dunia, taburan bintang, hijau dedaunan, deburan ombak, sinar mentari pagi yang hangat, hembusan angin, wangi pinus.....hhmmmm..... Maaf kawan, ini saat yang yang tepatfor being narcistic, mungkin selama ini saya tak pernah menghargai diri saya sendiri. Seperti slogan sebuah stasiun televisi kabel, mari kita teriakkan i’m sexy, i’m charming, i’m influences, i’m DIVA. Karena kita (perempuan), begitu berharga (lagi-lagi iklan ^_* )............

Saya PEREMPUAN, dan saya sedang jatuh CINTA (tak ingin lagi menjadi bayangan di bawah temaram bulan)

Selasa, 13 September 2011

PEREMPUAN DAN CINTA (Bagian 1)


(sebuah lagu yang disadur bebas, karya Helen Reddy dalam buku yang ditulis oleh Rosalind Miles, Who Cooked the Last Supper ? The Women’s History of the World)

AKU PEREMPUAN
Aku adalah perempuan, dengarkan kini suaraku menggema
Dalam jumlah yang terlalu besar untuk diabaikan
Dan aku tahu banyak sehingga tak ingin kembali ataupun berpura-pura
Sebab aku banyak mendengar sebelumnya
Tentang bagaimana mereka telah menaruhku di tempat terendah
Dan kini tak ada lagi seorangpun menaruhku di tempat yang lebih rendah lagi
Aku adalah perempuan, lihat bagaimana aku tumbuh
Lihatlah bagaimana aku berdiri di atas kakiku sendiri
Sedangkan tanganku yang penuh cinta kukembangkan ke angkasa
Namun aku masih tetap embrio
Di depanku, perjalanan masihlah panjang
 Hingga saatnya tiba, yaitu
Membuat saudara laki-lakiku benar-benar mengerti
Bila aku harus melakukan sesuatu, aku dapat melakukannya
Bahkan segala hal
Aku tahu aku kuat dan tak terkalahkan
Tak satupun dapat membuatku jatuh
Aku adalah perempuan
.................................................................................................

Tak pernah mudah menjadi  seorang perempuan.
Menurut para feminis, perempuan selalu menjadi warga kelas dua, golongan yang termarginalkan. Negara, secara konseptual ikut melanggengkan kekerasan terhadap perempuan, baik secara langsung (state involvement) maupun tidak (state sponsored).    Tapi ini bukan tipe tulisan yang akan membahas hal itu, ini cuma tulisan iseng-iseng tengah malam (kalau tak ingin disebut cerita nostalgia, hehe).
Beberapa masa yang telah lewat, seorang pemuda belia (waktu itu saya masih belia juga, hehe) pernah memberi sebuah puisi, entah karangan siapa :

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak pernah disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada .....(terusannya lupa :) )

Waktu itu, puisinya terdengar indah, namun seiring berjalannya waktu, puisi itupun terlupakan. Kemudian saya dekat dengan seorang yang kebetulan katanya ‘aktivis’. Dia tak pernah memberi puisi, hanya pernah sekali memberi bunga, tapi dia banyak mengajari saya teori-teori kehidupan. Dia bilang, ’’ga mungkin kamu bisa neng”, waktu saya bilang ingin menjadi seperti Butet, seorang (perempuan hebat) yang rela menghabiskan hidupnya untuk berbagi ilmu kepada anak-anak suku pedalaman. Ketika itu saya marah mendengar ucapannya, maklum semangat ingin menjadi perempuan yang hebat masih bergelora. Cinta yang ini, cinta yang masih banyak dibumbui idealisme yang belum menemukan bentuk, tapi tetap indah.

Kini, setelah 30 tahun melewati kehidupan, cinta tak pernah sederhana. Cinta ‘orang dewasa’, terlalu rumit untuk bisa dillukiskan dengan sebait dua bait puisi, meskipun itu indah. Cinta yang teramat besar kepada anak, membuat saya tak ingin pergi untuk waktu yang lama, apalagi ke pedalaman, seperti Butet (perempuan hebat) itu. Jadi tak berlebihanlah, ucapan teman dekat saya waktu itu yang telah meramalkan ketidakmampuan saya (hiks hiks)..
Menjadi perempuan itu sendiri, tidaklah gampang, percayalah, apalagi menjadi hebat. Ketika perempuan bisa memperoleh kuasa mutlak, tentang apa yang diinginkannya dalam hidup, dia telah mendapatkan kemewahan sesungguhnya. Sayangnya, seperti layaknya kemewahan lainnya, hal itu tak bisa diperoleh setiap perempuan di dunia.  Amelia Earhart, pilot pertama perempuan yang melanglang buana, mungkin salah satu yang terhebat di dunia, sedangkan Kartini, dengan nama besarnya, tetaplah tawanan bangsanya, karena ia lahir sebagai perempuan.

Jadi, apa sebetulnya kaitan antara perempuan dan cinta, seperti judul tulisan ini?
Sebetulnya sederhana, karena saya PEREMPUAN dan sedang jatuh CINTA .......................

(maaf-maaf kalo ga nyambung, namanya juga midnight season, tulisan yang dibuat sambil terkantuk-kantuk. Buat karibku, kita perempuan, kita kuat...... Buat adeku, jangan takut ga dapet laki-laki, karena kadang dunia lebih indah tanpa mereka.... *angkat rok, siap-siap kabur ....)