Sabtu, 14 Januari 2012

SIMPATI & EMPATI (THE OPPORTUNIST PART 2)


Ternyata ada hal yang gue lupakan, ketika menulis tentang ‘The Opportunist’. Sesuatu yang justru sangat penting, yaitu simpati dan empati.

Simpati adalah afinitas sosial di mana satu orang berdiri dengan orang lain, erat memahami  perasaannya. Juga dikenal sebagai keprihatinan empati, itu adalah perasaan kasih sayang atau perhatian yang lain, keinginan untuk melihat mereka lebih baik atau lebih bahagia.  Dalam simpati, seseorang mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain. Dalam simpati, perasaan memegang peranan penting. 

Empati mirip perasaan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja, melainkan diikuti perasaan organisme tubuh yang sangat dalam. Contoh bila sahabat kita orangtuanya meninggal, kita sama-sama merasakan kehilangan.
Empati adalah kemampuan untuk mengenali dan, sampai batas tertentu, berbagi perasaan (seperti kesedihan atau kebahagiaan) yang sedang dialami oleh orang lain. Seseorang mungkin perlu memiliki sejumlah empati sebelum mereka bisa merasakan kasih sayang.

Simpati dan empati ibarat angka yaitu angka 11 dan 12, kenapa begitu? karena hampir mirip. Simpati dan empati itu suatu gejala kepedulian yang pengertiannya hampir mirip. namun bedanya hanya pada taraf atau prosentase perasaan kita yg lebih mengalur pada  perasaan orang.

Kenapa simpati dan empati perlu? Karena ternyata ada sudut pandang lain yang baru gue sadar tentang "korban" para oportunis.  Tidak menjadi oprtunis ternyata tidaklah cukup!!! Silent is not gold!!! Dari sudut pandang "korban", bersikap diam, tanpa berusaha membela, apalagi ketika kita secara kasat mata ada dalam "gerombolan" para oportunis, maka secara otomatis kitapun termasuk dalam "gerombolan" itu. Jadi, hari ini gue mulai mengerahkan semua kemampuan neuron otak gue....apa yang mungkin terlewat, luput dari pemikiran. 
We, human being, were gifted with sense. Adalah tugas kita untuk bersimpati sekaligus berempati dengan mereka yang mengalami saat-saat sulit, dan bukannya tertawa bahkan ketika tau apa yang mereka alami. Meskipun kita tak pernah mengambil keuntungan secara sengaja dari penderitaan mereka, tapi amatlah tidak patut ketika kita tidak mencoba merasakan, memahami dan mencoba meringankan perasaan mereka.

Simpati, Empati, semua mengarah kepada perhatian kita untuk orang lain.“Aku mengerti perasaan kamu”, itu simpati dan ketika kita berkata “Aku merasakan apa yang kamu rasakan”, itu empati yang tentunya terwujud dengan sikap dan perilaku kita.
(Sasuke...makasih untuk pelajaran hidupnya...)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar