Sabtu, 07 April 2012

p e r p i s a h a n




Ingin dia berlari menembus derai hujan yang turun sejak subuh tadi. Dia akan melakukan apapun supaya waktu bisa berhenti, agar perpisahan itu tak mesti terjadi. Pertemuannya terasa baru sekejap, rindunya masih bertumpuk, bahkan semakin menggunung setiap detiknya. Tak ada yang paham apa yang ia rasakan (tidak juga kamu...)
Seperti tarian angsa menjelang ajalnya, dia berjalan lunglai menuju perpisahan itu. Bermonolog, memohon maaf...lebih seperti memaki dirinya sendiri.
“Maafkan aku karena harus meninggalkanmu. Maafkan keegoisanku karena tak memilihmu. Maafkan ketidakmampuanku...”, isaknya (lawan bicaranya hanya terdiam, memandang tak mengerti).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar